Perdagangan Global: Dampak Tarif AS terhadap Minyak
Perdagangan Global: Dampak Tarif AS terhadap Minyak

Perdagangan Global: Dampak Tarif AS terhadap Minyak

Perdagangan Global: Dampak Tarif AS terhadap Minyak

Facebook Twitter WhatsApp Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email Print
Perdagangan Global: Dampak Tarif AS terhadap Minyak
Perdagangan Global: Dampak Tarif AS terhadap Minyak

Perdagangan Global Saat Ini Menghadapi Tantangan Besar Akibat Kebijakan Tarif Yang Di Terapkan Oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Yang mana langkah ini sendiri berpotensi memperburuk stabilitas ekonomi internasional. Serta, turut memberikan dampak signifikan terhadap fluktuasi harga minyak dunia. Pada perdagangan hari Selasa, harga minyak mentah mengalami penurunan tajam. Di mana, ini mencerminkan kekhawatiran pelaku pasar terhadap ketidakpastian yang di timbulkan oleh kebijakan tersebut. Lebih lanjut, perdagangan global semakin tidak menentu ketika para investor mulai mengantisipasi kemungkinan di berlakukannya tarif balasan dari negara-negara lain. Di mana, langkah ini umumnya di lakukan sebagai respons terhadap langkah proteksionis AS. Sehingga, situasi ini akan menciptakan tekanan tambahan terhadap harga minyak. Yang mana, di perkirakan akan tetap berada di bawah tekanan sepanjang tahun. Selain itu, ancaman Trump untuk menerapkan tarif sekunder terhadap minyak yang berasal dari Rusia. Serta, kemungkinan tindakan agresif terhadap Iran, semakin memperburuk kondisi pasar.

Kemudian, perdagangan global yang terguncang akibat kebijakan ini berkontribusi pada meningkatnya kekhawatiran mengenai pasokan minyak. Di mana, ancaman gangguan distribusi dari negara-negara produsen utama menciptakan ketidakstabilan yang memperlambat laju penurunan harga minyak. Melihat hal ini, para analis menilai bahwa jika ketegangan perdagangan terus berlanjut. Maka, dampaknya akan semakin luas yang mencakup sektor ekonomi lainnya dan berpotensi memperlemah pertumbuhan global.

Selanjutnya, menurut laporan CNBC pada 2 April 2025, harga minyak berjangka Brent turun sebesar 39 sen. Penurunan ini sekitar 0,5 persen menjadi 74,38 dolar AS per barel. Sementara itu, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS mengalami koreksi sebesar 38 sen. Atau dengan nilai 0,5 persen, sehingga turun menjadi 71,10 dolar AS per barel. Sebelumnya, perdagangan hari Senin mencatat harga minyak mencapai titik tertinggi dalam lima pekan terakhir.

Perdagangan Global Akan Terus Mengalami Tekanan Sepanjang Tahun

Gedung Putih hingga kini belum mengungkapkan secara detail cakupan dan skala tarif yang akan di terapkan. Sehingga melihat kondisi ini, menambah ketidakpastian di pasar. Ketidakpastian dalam perdagangan global ini semakin meningkatkan kecemasan investor. Di mana, Bob Yawger selaku Direktur Energi Berjangka Mizuho menyebutkan bahwa dengan waktu kurang dari 24 jam sebelum pengumuman resmi. Terlihat pasar mulai menunjukkan tanda-tanda kegelisahan. Lebih lanjut, ia juga menambahkan bahwa meskipun terdapat kemungkinan kehilangan pasokan dari Kanada, Venezuela, dan Meksiko. Namun, penurunan permintaan akibat kebijakan tarif berpotensi lebih besar di bandingkan dengan jumlah pasokan minyak yang terdampak.

Kemudian, dalam sebuah survei yang di lakukan oleh media internasional terhadap 49 ekonom dan analis, Dengan jumlah mayoritas berpendapat bahwa Perdagangan Global Akan Terus Mengalami Tekanan Sepanjang Tahun ini. Di mana, faktor utama yang memicu kondisi ini adalah kebijakan tarif AS yang di perkirakan akan memperlambat pertumbuhan ekonomi di negara-negara seperti India dan Tiongkok. Lebih lanjut, situasi ini di perparah dengan kebijakan OPEC+. Di mana, kebijakan tersebut berencana meningkatkan jumlah pasokan minyak ke pasar global. Hal ini tentu semakin memperumit dinamika perdagangan global. Sanksi terhadap Iran juga memberikan dampak besar terhadap perdagangan global. Hal ini terutama dalam sektor energi. Kemudian, perlambatan ekonomi global di prediksi akan menurunkan permintaan bahan bakar. Hal ini dapat mengimbangi pengurangan pasokan akibat kebijakan Trump.

Ole Hvalbye seorang analis dari SEB mengungkapkan pendapatnya. Di mana, bahwa meskipun sanksi ketat terhadap Rusia, Venezuela, dan Iran berpotensi membatasi pasokan minyak global. Namun, kebijakan tarif AS justru dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan energi. Hal ini semakin memperdalam ketidakpastian serta menjadikannya tantangan yang sulit bagi para pelaku pasar. Selain itu, Presiden Trump mengumumkan rencana penerapan tarif sekunder sebesar 25 hingga 50 persen. Penerapan ini terjadi terhadap negara-negara yang masih membeli minyak dari Rusia.

Bergantung Pada Pasokan Energi

Kebijakan Presiden Trump ini di tujukan terutama untuk memberikan tekanan kepada Moskow. Di mana, agar mereka tidak menghambat upaya penyelesaian konflik di Ukraina. Namun dampaknya terhadap perdagangan global cukup signifikan, mengingat Rusia merupakan eksportir minyak terbesar kedua di dunia. Sehingga, kebijakan ini di perkirakan akan memberikan tekanan terhadap pelanggan utama minyak Rusia. Hal ini seperti India dan Tiongkok yang Bergantung Pada Pasokan Energi dari negara tersebut. Kemudian, ancaman yang sama juga di tujukan kepada Iran. Di mana Trump menyatakan bahwa negara tersebut bisa menghadapi tarif tinggi. Serta, di tambah dengan tindakan militer jika tidak mencapai kesepakatan dengan Gedung Putih mengenai program nuklirnya. Maka dari itu, situasi ini semakin memperumit dinamika dan menciptakan ketidakpastian lebih lanjut di pasar minyak dunia.

Lebih lanjut, dalam perkembangan lain harga minyak sedikit mendapat dukungan setelah Rusia mengeluarkan perintah penutupan. Di mana, perintah penutupan dua dari tiga tambatan di terminal ekspor minyak utama Kazakhstan. Mengingat keputusan ini di ambil di tengah ketegangan antara Kazakhstan dan OPEC+ mengenai kelebihan produksi minyak yang melampaui batas yang di tetapkan. Lebih lanjut, beberapa sumber industri mengungkapkan bahwa Kazakhstan kemungkinan besar harus mulai mengurangi produksinya. Hal ini tentu sebagai akibat dari kebijakan tersebut. Sementara itu, perbaikan pada terminal Konsorsium Pipa Kaspia di perkirakan memakan waktu lebih dari satu bulan.

Kemudian, pelaku pasar kini menantikan pertemuan komite menteri OPEC+ yang di jadwalkan berlangsung pada 5 April. Yang dalam pertemuan ini, kebijakan produksi minyak akan di tinjau kembali. Hal ini juga di dukung dengan rencana untuk melanjutkan peningkatan produksi sebesar 135.000 barel per hari pada bulan Mei. Sebelumnya, OPEC+ telah menyetujui peningkatan produksi dengan jumlah yang sama untuk bulan April. Namun keputusan ini berpotensi memengaruhi dinamika perdagangan global. Hal ini di karenakan peningkatan produksi dapat mengimbangi efek dari kebijakan tarif yang di terapkan oleh AS.

Menambah Lapisan Ketidakpastian

Survei yang di lakukan terhadap lima analis mengindikasikan bahwa rata-rata stok minyak mentah di Amerika Serikat di perkirakan akan mengalami penurunan sekitar 2,1 juta barel dalam periode sepekan hingga 28 Maret. Melihat kondisi ini, Menambah Lapisan Ketidakpastian terhadap perdagangan minyak dunia. Di mana keseimbangan antara permintaan dan pasokan terus mengalami perubahan. Yang mana, ini merupakan akibat kebijakan yang di terapkan oleh berbagai negara. Ketidakpastian dalam perdagangan global semakin meningkat akibat kebijakan tarif yang di terapkan oleh Amerika Serikat. Sehingga, langkah ini telah memicu reaksi dari berbagai negara. Yang pada akhirnya memperumit dinamika perdagangan minyak di pasar internasional.

Terakhir, investor dan pelaku pasar kini di hadapkan pada tantangan yang lebih besar dalam menavigasi lanskap ekonomi yang semakin dinamis. Di mana, terdapat ketegangan yang terus berlanjut dalam hubungan perdagangan antarnegara. Sehingga, kondisi ini menciptakan tekanan terhadap stabilitas pasar minyak serta berpotensi mengganggu ketersediaan energi di masa mendatang. Hal ini melihat dengan berbagai faktor yang memengaruhi keseimbangan pasar. Dinamika perdagangan minyak dunia akan tetap bergerak dalam ketidakpastian yang tinggi akibat perubahan kebijakan dan respons global terhadap Perdagangan Global.

Share : Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email WhatsApp Print

Artikel Terkait